SYEKH AHMAD HASHURI BIN THAHIR AL-KALURANI AL-BANTANI
(BUYA KALORAN)
Nama
lengkapnya adalah Tubagus Ahmad Hashuri bin Tb.Ahmad Thohir bin Tb.
Ali bin Tb Soleh bin Tb. Hafidz bin Pangeran Qodli bin Sulthan Zaenal Asyiqin
bin Sulthan Abu Maali Ahmad bin Sulthan Maulana Muhammad Nashruddin bin Maulana
Yusuf bin Sulthan Maulana Hasanuddin.
Lahir
dari seorang wanita solihah bernama Hj. Hafsah binti Hasan pada tanggal
30 desember tahun 1930 di Kaloran kidul serang Banten.
Mengaji
pertama kali ilmu alqur’an dan qiroat kepada syaikhul Qurro Al-Alim Al-Qaari
Syekh Soleh ma’mun Al-lantary Al-Bantani di Lontar. Kemudian pada umur
limabelas tahun tepatnya tahun 1945 dikirim oleh ayahandanya ke Pesantren Pelamunan
asuhan Alimu zamanihi Al-Syekh Tohir al-Falamuni al-Bantani. Kelak Syekh Tohir
al-falamuni al-Bantani mengangkat Ahmad Hashuri menjadi menantunya.
Ketika
mesantren di Pelamunan satu kurun dengan KH. Abdul Muin lontar, KH. Abdul Aziz
kelapa dua dan Syekh suhaimi As-Sasaki al-Bantani kronjo.
Setelah
tiga tahun mesantren di pelamunan, pengelanaan Syekh Ahmad hashuri diteruskan
ke Pesantren Kadupesing Pandeglang asuhan Syekh Tb. Abdul Halim dan Syekh Ace
Syadzeli yang merupakan kemenakan Syekh Abdul Halim sendiri. Syekh Abdul Halim
pernah di amanatkan oleh KH. Tb. Ahmad Khotib (residen Banten pasca
kemerdekaan) sebagai Bupati pandeglang. Syekh Abdul Halim bagi Syekh Ahmad
Hasuri selain sebagai guru ia juga adalah kakek guru karena Syekh Tohir
pelamunan juga pernah nyantri di Kadupesing. Syekh Tohir pelamunan selain
nyantri di Kadupesing juga nyantri di pesantren Kaloran asuhan Syekh Yahya
al-kalurani al-Bantani dan di pesantren Carita.
Di
Pesantren kadupeusing Syekh ahmad Hasuri satu kurun dengan Syekh Muhammad
Dimyati (Buya Dimyati) cidahu. Di pesantren ini syekh Ahmad Hashuri hanya
delapan bulan karena kemudian ia dinikahkan dengan putri Syekh tohir pelamunan
yang bernama Hj. Nadrah.
Setelah
menikah beberapa saat, syekh Hasuri meneruskan pengelanaan ilmiyahnya ke Makkah
al-mukarromah pada tahun 1950 tanpa membawa isteri. Di Makkah ia tinggal di
rumah Syekh Nawawi al-Tanara al-bantani di syib Ali. Waktu itu rumah Syekh
Nawawi di tempati oleh cucu Syekh Nawawi yang bernama Sayyidah ma’tuqah dan
sayyid ali.
Di
Makkah al-Mukarromah Syekh Hasuri belajar kepada para ulama terkemuka pada
waktu itu yaitu syekh Muhammad Amin Quthbi, Syekh Hasan bin Muhammad al-Masyath
(Muhaddisul haramain), Syekh abdul Qadir al-mandaili, Sayyid Alawi al-Maliki
dll.
Syekh
Hasuri mengkaji kitab Fathul muin dan tafsir jalalain di masjidil haram kepada
Syekh Abdul Qodir al mandaili. Sedangkan kepada Syekh Muhammad Amin Quthbi
mengkaji ushulul Fiqh. Mengkaji ibnu Aqil dan kitab Attarghib wattarhib kepada
Sekh Sayyid Alawi al-maliki. Mengkaji alfiyah ibnu malik dan Syawahidul
Haq kepada syekh Baljihi Al-mishri. sementara kepada Muhaddisul haramain
Syekh Hasan Al-Masyat mengkaji ilmu hadis.
Setelah
menetap dua tahun di makkah isteri syekh Hashuri menyusul ke Makkah di antar
oleh kakaknya Syekh Zeni bin tohir yang di kenal dengan Kiayi inting. Di Makkah
lahirlah putranya yang pertama yang bernama tubagus Nuruddin (kelak mengasuh
pesantren di pelamunan).
Setelah
lima tahun tinggal di makkah kemudian pindah ke Toif. Di Toif selain menuntut
ilmu ia juga dipercaya mengajar di Madrasah suudiyah. Kecemerlangan otak Syekh
Hashuri membuat Mudir Madrasah assuudiyah tertarik untuk menariknya sebagai
pengajar, padahal sangat sulit orang ajami dapat mengajar di madrasah resmi
pemerintah Saudi.
Di
toif beliau mengkaji kitab Ibnu katsir kepada seorang ulama mesir. Anaknya yang
kedua yang bernama tubagus Abbas lahir di kota Toif ini. Namun pada usia 16
tahun Abbas meninggal di Banten.
Setelah
dua tahun tinggal di Toif, syekh hasuri tak dapat menahan kerinduannya untuk
pulang ke negerinya Banten. Di Banten ia tidak tinggal di Pesantren pelamunan
tapi lebih memilih menyebarkan ilmu di kota Serang di kampung halamanya
Kaloran. Ia memimpin madrasah Khaerul huda di Kaloran dan Al-insaniyah milik
gurunya Syekh Soleh Ma’mun Al-bantani di Lontar.
Di
sela-sela kesibukannya mengajar di kedua madrasah itu, beliau berdagang emas di
pasar lama Serang meneruskan ayahnya yang merupakan saudagar emas di kota itu.
Kesibukan
mengajar dan berdagang tidak menyurutkan kehausannya akan ilmu. Beliau sering
bepergian di bulan ramadlan untuk mengaji pasaran ke berbagai pesantren dari
mulai Banten sampai ke Jawa.
Pada
tahun 1970 ketika umurnya genap 40 tahun Syekh hashuri tahir mendirikan
pesantren At-thohiriyah di Kaloran. Berdatanganlah para santri dari berbagai
daerah. Setiap hari ahad beliau mengadakan pengajian mingguan kitab Ihya
ulumuddin di pesantren. Para kiayi dan masyarakat mengikuti pengajian ini.
Ulama
yang pandai berbahasa inggris, Jerman dan arab ini selain menikah dengan hj.
Nadrah beliau juga menikah dengan Hj. Mahfudzah dari menes dan di karuniai 9
anak.
Semoga
Allah memanjangkan umurnya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar