Kamis, 03 Desember 2015

SYEKH AHMAD HASHURI BIN THAHIR AL-KALURANI AL-BANTANI (BUYA KALORAN) Nama lengkapnya adalah Tubagus Ahmad Hashuri bin Tb.Ahmad Thohir bin Tb. Ali bin Tb Soleh bin Tb. Hafidz bin Pangeran Qodli bin Sulthan Zaenal Asyiqin bin Sulthan Abu Maali Ahmad bin Sulthan Maulana Muhammad Nashruddin bin Maulana Yusuf bin Sulthan Maulana Hasanuddin. Lahir dari seorang wanita solihah bernama Hj. Hafsah binti Hasan pada tanggal 30 desember tahun 1930 di Kaloran kidul serang Banten. Mengaji pertama kali ilmu alqur’an dan qiroat kepada syaikhul Qurro Al-Alim Al-Qaari Syekh Soleh ma’mun Al-lantary Al-Bantani di Lontar. Kemudian pada umur limabelas tahun tepatnya tahun 1945 dikirim oleh ayahandanya ke Pesantren Pelamunan asuhan Alimu zamanihi Al-Syekh Tohir al-Falamuni al-Bantani. Kelak Syekh Tohir al-falamuni al-Bantani mengangkat Ahmad Hashuri menjadi menantunya. Ketika mesantren di Pelamunan satu kurun dengan KH. Abdul Muin lontar, KH. Abdul Aziz kelapa dua dan Syekh suhaimi As-Sasaki al-Bantani kronjo. Setelah tiga tahun mesantren di pelamunan, pengelanaan Syekh Ahmad hashuri diteruskan ke Pesantren Kadupesing Pandeglang asuhan Syekh Tb. Abdul Halim dan Syekh Ace Syadzeli yang merupakan kemenakan Syekh Abdul Halim sendiri. Syekh Abdul Halim pernah di amanatkan oleh KH. Tb. Ahmad Khotib (residen Banten pasca kemerdekaan) sebagai Bupati pandeglang. Syekh Abdul Halim bagi Syekh Ahmad Hasuri selain sebagai guru ia juga adalah kakek guru karena Syekh Tohir pelamunan juga pernah nyantri di Kadupesing. Syekh Tohir pelamunan selain nyantri di Kadupesing juga nyantri di pesantren Kaloran asuhan Syekh Yahya al-kalurani al-Bantani dan di pesantren Carita. Di Pesantren kadupeusing Syekh ahmad Hasuri satu kurun dengan Syekh Muhammad Dimyati (Buya Dimyati) cidahu. Di pesantren ini syekh Ahmad Hashuri hanya delapan bulan karena kemudian ia dinikahkan dengan putri Syekh tohir pelamunan yang bernama Hj. Nadrah. Setelah menikah beberapa saat, syekh Hasuri meneruskan pengelanaan ilmiyahnya ke Makkah al-mukarromah pada tahun 1950 tanpa membawa isteri. Di Makkah ia tinggal di rumah Syekh Nawawi al-Tanara al-bantani di syib Ali. Waktu itu rumah Syekh Nawawi di tempati oleh cucu Syekh Nawawi yang bernama Sayyidah ma’tuqah dan sayyid ali. Di Makkah al-Mukarromah Syekh Hasuri belajar kepada para ulama terkemuka pada waktu itu yaitu syekh Muhammad Amin Quthbi, Syekh Hasan bin Muhammad al-Masyath (Muhaddisul haramain), Syekh abdul Qadir al-mandaili, Sayyid Alawi al-Maliki dll. Syekh Hasuri mengkaji kitab Fathul muin dan tafsir jalalain di masjidil haram kepada Syekh Abdul Qodir al mandaili. Sedangkan kepada Syekh Muhammad Amin Quthbi mengkaji ushulul Fiqh. Mengkaji ibnu Aqil dan kitab Attarghib wattarhib kepada Sekh Sayyid Alawi al-maliki. Mengkaji alfiyah ibnu malik dan Syawahidul Haq kepada syekh Baljihi Al-mishri. sementara kepada Muhaddisul haramain Syekh Hasan Al-Masyat mengkaji ilmu hadis. Setelah menetap dua tahun di makkah isteri syekh Hashuri menyusul ke Makkah di antar oleh kakaknya Syekh Zeni bin tohir yang di kenal dengan Kiayi inting. Di Makkah lahirlah putranya yang pertama yang bernama tubagus Nuruddin (kelak mengasuh pesantren di pelamunan). Setelah lima tahun tinggal di makkah kemudian pindah ke Toif. Di Toif selain menuntut ilmu ia juga dipercaya mengajar di Madrasah suudiyah. Kecemerlangan otak Syekh Hashuri membuat Mudir Madrasah assuudiyah tertarik untuk menariknya sebagai pengajar, padahal sangat sulit orang ajami dapat mengajar di madrasah resmi pemerintah Saudi. Di toif beliau mengkaji kitab Ibnu katsir kepada seorang ulama mesir. Anaknya yang kedua yang bernama tubagus Abbas lahir di kota Toif ini. Namun pada usia 16 tahun Abbas meninggal di Banten. Setelah dua tahun tinggal di Toif, syekh hasuri tak dapat menahan kerinduannya untuk pulang ke negerinya Banten. Di Banten ia tidak tinggal di Pesantren pelamunan tapi lebih memilih menyebarkan ilmu di kota Serang di kampung halamanya Kaloran. Ia memimpin madrasah Khaerul huda di Kaloran dan Al-insaniyah milik gurunya Syekh Soleh Ma’mun Al-bantani di Lontar. Di sela-sela kesibukannya mengajar di kedua madrasah itu, beliau berdagang emas di pasar lama Serang meneruskan ayahnya yang merupakan saudagar emas di kota itu. Kesibukan mengajar dan berdagang tidak menyurutkan kehausannya akan ilmu. Beliau sering bepergian di bulan ramadlan untuk mengaji pasaran ke berbagai pesantren dari mulai Banten sampai ke Jawa. Pada tahun 1970 ketika umurnya genap 40 tahun Syekh hashuri tahir mendirikan pesantren At-thohiriyah di Kaloran. Berdatanganlah para santri dari berbagai daerah. Setiap hari ahad beliau mengadakan pengajian mingguan kitab Ihya ulumuddin di pesantren. Para kiayi dan masyarakat mengikuti pengajian ini. Ulama yang pandai berbahasa inggris, Jerman dan arab ini selain menikah dengan hj. Nadrah beliau juga menikah dengan Hj. Mahfudzah dari menes dan di karuniai 9 anak. Semoga Allah memanjangkan umurnya. Amin.



SYEKH AHMAD HASHURI BIN THAHIR AL-KALURANI AL-BANTANI
(BUYA KALORAN)


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrN8SAKXhIkQuw4rC7e2n8jhhwCGR_fGpL_bUZL-jlBK2fn8bF40gg4myRRH3pcu_q2F8UL1R9TuFawD7hRe_2f4qSO83bRZzAF03_ANLShOJXgBfgyS_il2iYW2THoOwBrlqhYl5uv5BB/s320/AbahGuruku.jpg

Nama lengkapnya adalah  Tubagus Ahmad Hashuri bin Tb.Ahmad  Thohir bin Tb. Ali bin Tb Soleh bin Tb. Hafidz bin Pangeran Qodli bin Sulthan Zaenal Asyiqin bin Sulthan Abu Maali Ahmad bin Sulthan Maulana Muhammad Nashruddin bin Maulana Yusuf bin Sulthan Maulana Hasanuddin.
Lahir dari seorang wanita solihah  bernama Hj. Hafsah binti Hasan pada tanggal 30 desember tahun 1930 di Kaloran kidul serang Banten.
Mengaji pertama kali ilmu alqur’an dan qiroat kepada syaikhul Qurro Al-Alim Al-Qaari Syekh Soleh ma’mun Al-lantary Al-Bantani di Lontar. Kemudian pada umur limabelas tahun tepatnya tahun 1945 dikirim oleh ayahandanya ke Pesantren Pelamunan asuhan Alimu zamanihi Al-Syekh Tohir al-Falamuni al-Bantani. Kelak Syekh Tohir al-falamuni al-Bantani mengangkat Ahmad Hashuri menjadi menantunya.
Ketika mesantren di Pelamunan satu kurun dengan KH. Abdul Muin lontar, KH. Abdul Aziz kelapa dua dan Syekh suhaimi As-Sasaki al-Bantani kronjo.
Setelah tiga tahun mesantren di pelamunan, pengelanaan Syekh Ahmad hashuri diteruskan ke Pesantren Kadupesing Pandeglang asuhan Syekh Tb. Abdul Halim dan Syekh Ace Syadzeli yang merupakan kemenakan Syekh Abdul Halim sendiri. Syekh Abdul Halim pernah di amanatkan oleh KH. Tb. Ahmad Khotib (residen Banten pasca kemerdekaan) sebagai Bupati pandeglang. Syekh Abdul Halim bagi Syekh Ahmad Hasuri selain sebagai guru ia juga adalah kakek guru karena Syekh Tohir pelamunan juga pernah nyantri di Kadupesing. Syekh Tohir pelamunan selain nyantri di Kadupesing juga nyantri di pesantren Kaloran asuhan Syekh Yahya al-kalurani al-Bantani dan di pesantren Carita.
Di Pesantren kadupeusing Syekh ahmad Hasuri satu kurun dengan Syekh Muhammad Dimyati (Buya Dimyati) cidahu. Di pesantren ini syekh Ahmad Hashuri hanya delapan bulan karena kemudian ia dinikahkan dengan putri Syekh tohir pelamunan yang bernama Hj. Nadrah.
Setelah menikah beberapa saat, syekh Hasuri meneruskan pengelanaan ilmiyahnya ke Makkah al-mukarromah pada tahun 1950 tanpa membawa isteri. Di Makkah ia tinggal di rumah Syekh Nawawi al-Tanara al-bantani di syib Ali. Waktu itu rumah Syekh Nawawi di tempati oleh cucu Syekh Nawawi yang bernama Sayyidah ma’tuqah dan sayyid ali.
Di Makkah al-Mukarromah Syekh Hasuri belajar kepada para ulama terkemuka pada waktu itu yaitu syekh Muhammad Amin Quthbi, Syekh Hasan bin Muhammad al-Masyath (Muhaddisul haramain), Syekh abdul Qadir al-mandaili, Sayyid Alawi al-Maliki dll.
Syekh Hasuri mengkaji kitab Fathul muin dan tafsir jalalain di masjidil haram kepada Syekh Abdul Qodir al mandaili. Sedangkan kepada Syekh Muhammad Amin Quthbi mengkaji ushulul Fiqh. Mengkaji ibnu Aqil dan kitab Attarghib wattarhib kepada Sekh Sayyid Alawi al-maliki. Mengkaji alfiyah ibnu malik dan Syawahidul Haq  kepada syekh Baljihi Al-mishri. sementara kepada Muhaddisul haramain Syekh Hasan Al-Masyat mengkaji ilmu hadis.
Setelah menetap dua tahun di makkah isteri syekh Hashuri menyusul ke Makkah di antar oleh kakaknya Syekh Zeni bin tohir yang di kenal dengan Kiayi inting. Di Makkah lahirlah putranya yang pertama yang bernama tubagus Nuruddin (kelak mengasuh pesantren di pelamunan).
Setelah lima tahun tinggal di makkah kemudian pindah ke Toif. Di Toif selain menuntut ilmu ia juga dipercaya mengajar di Madrasah suudiyah. Kecemerlangan otak Syekh Hashuri membuat Mudir Madrasah assuudiyah tertarik untuk menariknya sebagai pengajar, padahal sangat sulit orang ajami dapat mengajar di madrasah resmi pemerintah Saudi.
Di toif beliau mengkaji kitab Ibnu katsir kepada seorang ulama mesir. Anaknya yang kedua yang bernama tubagus Abbas lahir di kota Toif ini. Namun pada usia 16 tahun Abbas meninggal di Banten.
Setelah dua tahun tinggal di Toif, syekh hasuri tak dapat menahan kerinduannya untuk pulang ke negerinya Banten. Di Banten ia tidak tinggal di Pesantren pelamunan tapi lebih memilih menyebarkan ilmu di kota Serang di kampung halamanya Kaloran. Ia memimpin madrasah Khaerul huda di Kaloran dan Al-insaniyah milik gurunya Syekh Soleh Ma’mun Al-bantani di Lontar.
Di sela-sela kesibukannya mengajar di kedua madrasah itu, beliau berdagang emas di pasar lama Serang meneruskan ayahnya yang merupakan saudagar emas di kota itu.
Kesibukan mengajar dan berdagang tidak menyurutkan kehausannya akan ilmu. Beliau sering bepergian di bulan ramadlan untuk mengaji pasaran ke berbagai pesantren dari mulai Banten sampai ke Jawa.
Pada tahun 1970 ketika umurnya genap 40 tahun Syekh hashuri tahir mendirikan pesantren At-thohiriyah di Kaloran. Berdatanganlah para santri dari berbagai daerah. Setiap hari ahad beliau mengadakan pengajian mingguan kitab Ihya ulumuddin di pesantren. Para kiayi dan masyarakat mengikuti pengajian ini.
Ulama yang pandai berbahasa inggris, Jerman dan arab ini selain menikah dengan hj. Nadrah beliau juga menikah dengan Hj. Mahfudzah dari menes dan di karuniai 9 anak.
Semoga Allah memanjangkan umurnya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar