Ruwat Laut (sedekah), bagi
kepercayaan para nelayan di desa Gebangkulon adalah syukuran, dan tolak bala
atas hasil laut kepada sang pencipta, atas segala limpahan karunia yang telah
diberikan selama mereka bekerja, serta pensucian atas alat produksi yang
dimilikinya, seperti perahu, mesin, jaring dan alat-alat lainnya. Tradisi ruwat
laut ini sudah ada sejak nenek moyang dan menjadi turun temurun hingga
saat ini.
Ruwat laut yang diadakan setahun
sekali, dan diadakan setelah lebaran Idul Fitri, tepatya pada 6-11 September
2011. Dimana para nelayan dapat berkumpul setelah berbulan-bulan lamanya berada
ditengah laut. Ruwat laut merupakan pertunjukan budaya lokal yang
menampilkan seperti sandiwara, dan wayang yang menjadi persyaratan dalam acara
prosesi ritualnya. Seperti wayang dengan lakon “Buduk Basuh” yang menceritakan
tentang dewa laut. Acara tersebut terselenggara dengan swadaya para nelayan
yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut H. Nizar, panitia pelaksana ruwat laut
“bahwa swadaya nelayan dilakukan sebelumnya dengan cara mengumpulkan uang
hasil dari laut. sisanya adalah para donatur dan sponsor. Kepanitiannya dibagi
dalam masing-masing kelompok, sesuai dengan acaranya. Termasuk keterlibatan
perempuan ditahun ini”.
Dalam tema yang diambil oleh para
nelayan desa Gebangkulon dalam ruwat tahun ini, adalah Selamatkan Laut
Indonesia. Bahwa ruwat laut adalah sesuatu yang sangat sakral sehingga orang
atau nelayannya sendiri bilang pesta laut. kalau pesta laut adalah lebih kepada
senang-senang. Selain itu ada pesan yang ingin kami sampaikan yaitu tentang budaya
pesisir agar jangan sampai hilang dan yang lebih penting pemerintah lebih
serius untuk menyelamatkan laut kita (Indonesia)” Tutur jamhuri nelayan
setempat yang juga panitia pelaksana Musyawarah Cabang Serikat Nelayan
Indonesia (SNI) Kabupaten Cirebon.
Acara yang dihadiri oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Cirebon yang diwakili oleh Bapak
Junaidi, dalam sambutannya mengatakan, bahwa nelayan harus bisa menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak menangkap ikan dengan alat yang merusak. Sedangkan
Budi Laksana sekretaris jendral pengurus pusat Serikat Nelayan Indonesia (SNI)
juga mengingatkan dan berpesan kepada para nelayan bahwa acara ini tidak
sekedar acara tanpa makna, serta harus menjaga kebanggaan kita sebagai nelayan
dan jangan sampai kebanggaan itu hilang kepada anak-anak kita dan generasi yang
akan datang kalau Indonesia adalah negara yang besar lautnya.